#1

Drupadi

#2

Harga Diri

#3

sex workers can end HIV/AIDS.

#4

Silent Body

#5

Everyone's always wearing a mask

Rabu, 19 Juni 2013

HIV dan kekuatan Kelompok Dukungan Sebaya





Kelompok Dukungan Sebaya (KDS). Entah siapa orang yang pertama menemukan ide untuk kelompok ini. Namun yang jelas telah memberikan banyak manfaat bagi orang yang hidup dengan HIV. Saya cenderung lebih suka menyebut ODHA dengan teman-teman Positif. Positif maknanya banyak. Positif berkarya, positif dalam berpikir, meski juga bisa positif dalam beberapa penyakit, termasuk HIV.  Kemarin, saya mencoba mempertemukan teman-teman Positif melalui penguatan kelompok. Meski saya harus akui, luar biasa kerja keras LARAS (Lembaga tempat saya bekerja) untuk mengundang dan meyakinkan setiap teman-teman Positif untuk datang dan berbagi cerita. LARAS mendampingi sekitar 35 orang dengan HIV di Bontang, 14 diantaranya adalah ibu rumah tangga dan suaminya sedangkan 21 di antaranya adalah wanita pekerja seks. Meski akhirnya yang datang pada pertemuan hanya sekitar 10 orang saja, namun semua teman-teman yang hadir amat antusias berkenalan.

Seperti biasa, saya mencoba membuka pertemuan dengan memperkenalkan beberapa anggota yang baru bergabung di kelompok. Ada dua orang anggota baru yang menarik perhatian saya, yaitu seorang ibu rumah tangga berumur sekitar 50 tahun (ND), dan seorang ayah muda yang membawa anaknya (AR). Dua-duanya punya kisah yang cukup menarik. Yang ibu rumah tangga mengaku harus datang ke pertemuan KDS secara diam-diam. Dia berkali-kali dilarang oleh suaminya untuk mengikuti pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan oleh KDS. Namun, kali ini ia mengaku mengikuti pertemuan tersebut tanpa seijin suaminya. Yang lainnya adalah seorang ayah berumur sekitar 35 tahun, dia membawa putranya yang berumur sekitar 3 tahun. Ia menjelaskan baru pertama mengikuti pertemuan KDS tersebut, ia ingin mengajak istrinya namun baru saja melahirkan anak kedua. Dia bercerita tentang istrinya yang tidak terinfeksi HIV, sehingga ia tak perlu khawatir anak-anaknya terinfeksi. Meski masih ada kekhawatiran terdengar dari nada bicaranya. Meski pun begitu, senang melihat mereka begitu antusias bergabung di kelompok, apalagi semuanya amat sangat sehat karena menjaga pola hidup mereka.

Dua di antara mereka adalah wanita pekerja seks. Mereka harus tetap bekerja di lokalisasi demi kehidupan anak-anak mereka di kampung halaman.  Sebut saja namanya DN (30). DN mengetahui status HIV nya sejak 2009 dari Screening Test yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Bontang. Ia mengatakan amat menyesal bekerja di lokalisasi, ia teringat anaknya yang sedang bersekolah. Putranya kelas 3 SD sekarang, dan jika ia sakit siapa yang akan mengurus anaknya. Hampir putus asa, ia menolak untuk mengikuti terapi yang disarankan. Ia menolak minum pil seumur hidupnya. Lama sekali, hingga akhirnya dia memutuskan untuk mengikuti terapi. Saat bertemu di pertemuan KDS kemari, raut wajahnya sudah lebih damai, tidak terlihat ketakutan lagi, ada optimisme disana. Ia merasa tidak sendirian lagi. Hidup akan ringan jika kita punya kawan senasib. 

Hidup dengan HIV bukanlah pilihan. Ia menjadi ujian kehidupan yang harus dilewati anak manusia. Berada di tengah-tengah hidup mereka seperti sebuah anugrah. Mengeluh bukan hal yang mampu lagi kita lakukan. Malu sekali rasanya jika sampai didengar oleh mereka. Berharap kelompok ini terus memberikan kekuatan bagi orang-orang di dalamnya, bukan hanya sekedar simbol kisah kesedihan sekelompok orang yang harus dikasihani.

Bontang, 18 Juni 2013


Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More