#1

Drupadi

#2

Harga Diri

#3

sex workers can end HIV/AIDS.

#4

Silent Body

#5

Everyone's always wearing a mask

Selasa, 04 Oktober 2011

Mencari seteguk air di Borneo

Pertama kalinya menginjak pulau Borneo, hati begitu tenang. Turun dari pesawat sambil mengucap salam (seperti kicauan ibu) sebelum meninggalkan Sulawesi Selatan. Setelah mengucap banyak terima kasih pada seorang pria yg memberi kelebihan bagasinya, sy beranjak menuju kounter taksi bandara.

"Mba, ke Samarinda berapa?"
" Dua ratus lima puluh ribu rupiah". Jawab kasir loket sambil tersenyum sekali.
Tiba-tiba BBku berdering, ternyata kak Marwah yang menelpon, ia seorang salah satu teman pengusaha yg sering memberikan masukan buat kelangsungan usahaku.
" Dhan, kamu dah nyampe kah? Dengar dek, kalau mau aman di Kalimantan, jangan sembarangan ngomong, kontak mata, dan meludah. Pokoknya segala-galanya harus ati-ati. kalimantan itu beda sekali sama Makassar. Disana juga sex bebas lebih merajalela, jadi ati-ati ma cowok. oke."
Baiklah, informasi awal menarik untuk memulai hidup baru di pulau baru ini.

Setelah membayar, saya dibantu sopir menuju ke taksi.
Sopir yang lumayan "cerewet" membuat perjalanan Balikpapan-Samarinda tidak memabukkan. Mengingat jalanan Bukit Suharto cukup berkelok-kelok, saya semakin memberondong pak sopir tersebut dengan hal-hal yang berkaitan dengan Bontang. Saya melihat dia agak sedikit syok ketika saya menjelaskan bahwa saya akan bekerja di lsm yang tugasnya mengadvokasi PSK di daerah Prakla, daerah lokalisasi di kota Bontang.

Ribuan kilometer saya tempuh. Jauh dari ibu. Jauh dari sahabat.
Entah apa yang akan saya dapatkan nantinya di Bontang, atau mungkin lebih tepatnya, entah apa yang akan saya berikan pada LARAS. Mungkin, saya hanya ingin mencari kejutan-kejutan dalam hidup. Mungkin, saya hanya ingin menemukan apa tujuan hidup ini.
Mungkin saya hanya ingin mencari seteguk air di borneo ini.

Sound's better i think.








Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More