#1

Drupadi

#2

Harga Diri

#3

sex workers can end HIV/AIDS.

#4

Silent Body

#5

Everyone's always wearing a mask

Sabtu, 10 Mei 2008

Siti fadilah Supari yang diam-diam mencintai Bung Karno

Dasar pemikir kapitalis, mereka tidak hanya mengambil sel-sel darah kita, zat-zat tubuh kita, anti body kita, tapi mereka juga merekayasa sel-sel otak kita agar berpikir seperti mereka.”

Begitulah kalau Siti Fadilah Supari, Menteri Kesehatan ketika berbicara tentang Kapitalisme. Sepertinya dia amat marah dengan kapitalis. Apa yang terjadi di WHO (World Health Organization) dan Departemen Kesehatan membuat hatinya gusar. Hal yang unik ketika seorang Menteri menampakkan kegusarannya.Pagi itu, 7 Mei 2008, ia datang di Unhas. Amat jarang menteri yang datang ke Unhas. Dan amat jarang, menteri yang berani. Berani dalam mengemukakan apa yang dia lihat, dengar, rasakan. Dan menurutku ia lumayan sebab dia pencinta Soekarno. Seperti aku yang mengimpikan hadirnya pemimpin visioner saat ini, bukan yang pragmatis.

Katanya WHO itu bobrok. Ada konspirasi global yang menyebabkan kita tidak mampu membuat vaksin flu burung. Olehnya kita harus membeli vaksinnya pada perusahaan farmasi. Saya percaya bahwa bangsa kita tidak bodoh walaupun naïf dan cenderung pragmatis. Menurut kamus ilmiah sederhana yang kupunya, pragmatis artinya berpegang teguh pada kenyataan; berfaedah untuk umum; dan memberikan hasil yang memuaskan. Itu menjawab pertanyaan mengapa pemimpin terpilih tak mampu mengubah kondisi bangsa secara revolusioner. Padahal sosok yang kita butuhkan saat ini adalah sosok yang revolusioner. Selama tiga dasarwasa lebih, bangsa kita belum mampu menunjukkan kemandirian ekonomi. Bangsa Indonesia belum mampu keluar dari cengkraman kepentingan imperialisme asing sebagaimana obsesi Bung Karno. Bangsa kita itu menganut kapitalisme malu-malu. Sudah jelas segala sektor dijadikan lahan modal tapi masih berteriak lawan kapitalisme. Pendidikan salah satu sektor yang dirambah oleh kapitalis lokal. BHP, BHMN, dan segala istilah-istilah baru yang menyongsong kapitalisasi pendidikan. Rakyat merindukan sosok yang populis, visioner seperti Bung karno dan Bung Hatta. Dan itu bisa dimulai dengan mengubah diri kita sebab revolusi dimulai diri sendiri.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More