#1

Drupadi

#2

Harga Diri

#3

sex workers can end HIV/AIDS.

#4

Silent Body

#5

Everyone's always wearing a mask

Minggu, 31 Maret 2013

5 juta kopi hiv per mili dalam tubuh si kecil Teratai





Sejak Maret 2012 saya, melalui Yayasan LARAS (Lembaga Advokasi dan Rehabilitasi Sosial) melakukan pendampingan terhadap keluarga Bapak Nawir (nama samaran). Bapak Nawir (41) adalah seorang buruh perusahaan di Bontang, istrinya Putri (30), juga nama samaran, dia  didiagnosis HIV oleh VCT Klinik RS Pupuk Kaltim. Bapak Nawir justru tidak terinfeksi HIV. Istrinya terinfeksi HIV karena mungkin (masih asumsi) disebabkan transfusi darah pada saat melakukan operasi kista pada tahun 2007.
Saat itu, Putri sedang hamil 6 bulan. Akhirnya pendamping merujuk Putri ke RSUD Bontang karena disana sudah tersedia dokter CST (Care, Support, Treatment). Dokter CST mendiagnosis nyonya Putri sudah berada di tahap AIDS, dimana muncul TB sebagai infeksi oportunistik. Pada umur kehamilan 8 bulan, dokter CST RSUD Bontang memberikan terapi Anti Retrovirus, terapi yang bisa mengontrol replikasi HIV dalam tubuh. RSUD mempersiapkan tim untuk proses kelahiran bagi Putri secara Sectio Sesaria (sesar) untuk mencegah penularan HIV ke janin.
Pada bulan Agustus 2012, tim PPIA (Pencegahan Penularan Ibu ke Anak) RSUD Bontang berhasil membantu kelahiran bayi bu Putri, seorang bayi perempuan yang amat sehat, tanpa kelainan fisik apapun. Untuk menghindari terjadinya infeksi, dokter memberikan obat Prophylaxis bagi sang bayi selama 2 bulan. Teratai, nama bayi itu (samaran). Teratai adalah bayi yang begitu sehat, LARAS membantu memasok susu formula setiap bulannya karena tidak dianjurkan untuk diberikan ASI. Si kecil Teratai tumbuh sehat, berat badannya naik dan tidak ada keluhan kesehatan sama sekali. Dan keadaan pun cukup terkendali setelahnya. Namun siapa sangka, kami semua ternyata salah.
               
Bayi mereka didiagnosis HIV
Sang ibu harus keluar masuk rumah sakit karena kondisinya yang melemah. LARAS pun membawa sang ibu ke RSUD. Tak bisa dihitung berapa kali Putri harus keluar masuk RSUD Bontang saat itu. Akhirnya setelah berdiskusi dengan suami, LARAS merujuk Putri ke RSUD AWS Samarinda, dimana dokter disana lebih berpengalaman dalam penanganan virus HIV. Syukurlah, pasca konsultasi dengan dokter RSUD AWS, keadaan Putri semakin membaik.
Ujian pun kembali datang. Selang beberapa minggu, setelah sang ibu membaik, sang bayi mengalami keluhan diare, batuk dan kandidiasis oral. Pada bulan Januari, sang bayi dirawat inap ke RS Pupuk Kaltim Bontang. Tiga minggu dirawat di RS PKT, sang bayi tak kunjung membaik, akhirnya LARAS membawa sang bayi ke RS AWS Samarinda. Dokter CST menganjurkan agar sang bayi dites PCR (Polymerase Chain Reaction) HIV. PCR adalah tes untuk mendeteksi jumlah virus HIV dalam per ml darah. Biaya untuk tes PCR cukup mahal bagi kami, yaitu Rp 2.000.000/tes. LARAS mencoba meminta bantuan ke Dinas Kesehatan kota Bontang, namun belum mendapat respon baik. Akhirnya, setelah mendapatkan pasokan dana segar dari Yayasan LARAS, segera dilakukan tes PCR HIV bagi sang bayi.  Butuh waktu 2 minggu sampai akhirnya LARAS dan keluarga bayi mengetahui bahwa dalam darah sang bayi dinyatakan telah terdeteksi HIV. Terdeteksi sekitar 5 juta kopi HIV per mili darah bayi TERATAI.  Tentu saja ini pukulan berat bagi keluarga bayi dan LARAS sebagai pendamping.
Tindakan selanjutnya adalah terapi ARV pediatric. Sebelum diberikan terapi (Anti Retro Viral) ARV, dilakukan dua kali pemeriksaaan fungsi hati dalam kurun waktu selang waktu tiga minggu. Dalam 3 minggu fungsi hatinya melesat drastis dari 200 menjadi 485. Dokter menganjurkan pulang saja ke rumah karena tidak bisa dterapi ARV. Menurut dokter CST (dokter umum), penyebab naiknya karena jumlah virus yang fantastis. Saat ini, Teratai dirawat di rumah tanpa bantuan medis apapun. LARAS bermaksud merujuk sang bayi ke RS Jakarta dimana terdapat dokter spesialis anak yang lebih berpengalaman menangani bayi HIV. Namun, karena terkendala biaya (tidak bisa menggunakan Jaminan Perusahaan dan tidak punya Jaminan kesehatan lain selain JAMKESDA.)

Tulisan ini ditujukan kepada semua pihak agar dapat membantu Teratai mendapatkan perawatan kesehatan yang lebih baik.



Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More