#1

Drupadi

#2

Harga Diri

#3

sex workers can end HIV/AIDS.

#4

Silent Body

#5

Everyone's always wearing a mask

Rabu, 05 Oktober 2011

Cinta sang Busur pada anak panah


Tepatnya 9 bulan 10 hari si janin yang dikandung lahir ke dunia. Tangisan pertama pun menggelegar membangunkan makhluk bumi lain yang lelap dalam mimpi. Pertanda bahwa sang bayi lahir dengan sehat. 
Setahun penuh sang ibu menyusui, berharap besar sang anak tumbuh kuat dengan tiap teguk yang ia ambil. Saat itu sang ibu memandangi putrinya sambil memupuk asa bahwa anaknya akan menjadi bintang yang bersinar paling terang di tiap malam-malamnya. Yang akan menyinari hidupnya dan kehidupan lain. Berdiri di garis terdepan pada tiap perjuangan manusia.
Sang ibu rela berjuang mati-matian demi pendidikan Namun, anak itu bersedih hari itu. Ia tak ingin bersekolah. Sang ibu memendam kenyataan pahit anaknya memilih asa yang lain. Berdiri tak bergeming masih di depan gerbang sekolah, sang ibu meraih jemari anaknya sambil berkata
‘Berikan ibu kehidupan melalui anggur yang kau tuang dari cawan yang kuberikan nak’.
Seketika sang anak menatap mata sang ibu bersama seluruh asa yang terlihat disana, bersama setumpuk kekuatan yang ia rasakan di jemari ibunya, bersama doa yang ia dengar yang diucapkan ibunya pada malam-malam yang dingin, bersama tiap pelukan yang menambah kekuatan, dan bersama seluruh cintanya yang ia berikan untuk ibunya.
Ia berjalan memasuki gerbang yang diinginkan sang ibu.
Melesat bagaikan anak panah yang dihempaskan oleh busur nan mantap.
Sejak itu, sang anak tak pernah mengarah ke pintu lain.
Hanya sasaran sang busur yang dihempaskan sang Pencipta, sang Pemanah nan Bijak.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More